Surabaya : Jln. Raya Jemursari 234 & 244. Surabaya. Telp: 031- 8480821-22. Hp: 0813 3200 3300 ; PIN BB: 27ECEFD1 - 2BAE0E95. INFO MESIN: 085854833381. PIN BB: 3159B656
Jakarta: Komplek Ruko BSD Sektor 7. Blok RL 31-32-33. Serpong - Tangerang
Telp : 021 031-53151389. HP: 081318230199. PIN BB: 2A8798AE

Kursus di Surabaya

Pages

Minggu, 30 Agustus 2015

Sebelas Dosen MATOA Terima Beamahasiswa Unggulan Kuliah S-2

Berburu Komitmen, Menuai Kualitas

          LIMA tahun sudah Tristar Culinery Institute (TCI) berkiprah. Perguruan tinggi yang kini bernama MATOA (Majapahid Tourism Academy) ini sudah mencetak koki-koki atau chef yang siap mandiri. Mereka bukan hanya mahir di bidang yang dipilih. Namun tak sedikit mahasiswa lulusan MATOA mampu mengelola ilmunya sebagai tenaga terampil di bidang pastry, kulineri, tour and travel serta perhotelan.

           “Hampir semua lulusan sini (MATOA) mampu menggunakan ilmunya sesuai dengan yang diinginkan,” jelas Kaprodi MATOA Paulus Sutrisno S.st Par. “Mereka kuliah di sini juga bukan mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Rata-rata mereka akan berwirausaha karena saat masuk kuliah sudah punya modal dan banyak yang sudah berwirausaha,” terang dosen yang akrab disapa Paul ini.

          Ya, MATOA merupakan pilihan yang tepat bagi  mahasiswa yang ingin berwirausaha dan meningkatkan kualitas bisnisnya. Di perguruan tinggi ini, tak hanya menyediakan jurusan yang dimaui mahasiswa dan orang tuanya. MATOA, juga bukan hanya memiliki fasilitas praktikum yang serba lengkap dan modern. Kampus ini, juga bukan pula memiliki tempat belajar dan mengajar yang mewah serta representatif. Kampus MATOA, yang bertengger di Jalan Raya Jemursari 234, juga dihuni para pengajar yang handal dan ahli di bidangnya.

          Keberadaan MATOA yang tidak bertepuk sebelah tangan ini diakui Presiden Direktur Tristar Group Ir Juwono Saroso. Bapak tiga anak itu berusaha mendirikan wadah para profesional itu tidak main-main. Dia ingin semua komponen kampus betul-betul commited untuk mencapai hasil yang berkualitas. “Kami ingin memiliki mahasiswa yang the best dan dosen yang the best pula. Makanya, staf pengajar di sini benar-benar dosen pilihan agar mampu mencetak chef dan para pengusaha handal,” tegas Juwono.

          Untuk mencetak kader yang baik, menurut dia, tidak lepas dari kualitas para dosen yang mendidik. Karena itu, Juwono tidak menutup peluang dosen yang ingin meningkatkan kualitas ilmunya dengan mengikuti program magister (S-2). “Mereka sudah diterima di Universitas Trisakti Jakarta,” jelas alumnus Institute Teknologi 10 Nopember Surabaya ini.

           Ada sebelas dosen yang lulus tes. Mereka adalah Otje Herman Wibowo, Paulus Sutrsino, Agus Sudarsono, Dewi Marianah, Mahmudi, Reny Safritri, Wenni Waskitti, Hardita, Kusdaryanto, Rohimah dan Hendrik Adrianus. “Kami menjadi dosen pertama yang mendapat beamahasiswa unggulan. Jumlah sebelas dosen itu belum termasuk dua dosen luar yang statusnya tidak tetap,” jelas Otje, yang kini menjabat sebagai Asisten Direktur II MATOA.

          Menurut Otje, para dosen MATOA itu akan mengikuti program magister bersama 62 dosen dari berbagai daerah. “Kami merupakan angkatan kesembilan di luar Trisakti yang mengikuti program studi S-2,” jelas alumni STP Bandung itu. “Kami terpilih mewakili MATOA setelah lulus testing via internet,” akunya.

          Testingnya juga tidak mudah. Namun, hal itu bukan menjadi persoalan bagi dosen MATOA. Sebab, saat masuk menjadi dosen di MATOA, dia bersama sepuluh rekannya sudah memiliki modal. “Kami sudah pernah lulus TPA (tes potensi akademik), wawancara, tofle yang harus mencapai di atas 500,” jelasnya. Sehingga mereka tak mengalami kesulitan untuk mencapai tingkat kelayakan ikut progam magister di Trisakti.

          Perkuliahannya sendiri baru akan diawali pada 11 Januari 2014. Mereka tidak perlu harus datang ke kampus Trisakti di Jakarta. “Sistem perkuliahannya menggunakan internet dengan metode E- Learning,” ujar bapak dua anak asal Blitar ini. Jadi, masing-masing mahasiswa diberi password dan harus sering mengecek emailnya. “Kita harus rajin buka email, kalau ada kuis harus langsung mengerjakan. Kalau kita tidak aktif akan ketinggalan karena jadwalnya sudah ditetapkan,” jelas tamatan Fakultas Ekonomi Universita Mahardika Surabaya ini.

          Karena itu, Otje yakin sekali aktifitasnya sebagai dosen akan terganggu oleh perkuliahannya selama 18 bulan. Begitu pula saat ujian semester yang harus dilakukan dengan tatap muka selama satu minggu, dia juga mengaku tidak ada masalah. “Kami sudah punya asisten dosen yang siap menggantikan,” jelas dosen jurusan pastry yang sejak 2008 sudah bergabung dengan MATOA ini.

          Dia memperkirakan gelar magister itu akan diselesaikan sesuai rencana. Yaitu sekitar Juli 2015. “Target pribadi masing-masing dosen harus lulus. Apalagi ada bantuan dari institusi sampai selesai kuliah,” ujarnya.

          Setelah lulus nanti, Otje berharap akan ada peningkatan kulitas diri para dosen dan institusi. Jika dosen-dosen MATOA kian berkualitas, maka anak didiknya nanti akan jauh lebih bagus ketimbang sebelumnya. Begitu pula istitusinya, tentu akan bisa meningkatkan kelasnya. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat MATOA bisa melahirkan sarjana S-1, karena staf pendidiknya lulusan S-2. Jadi MATOA nanti akan naik kelas sebagai universitas, bukan lagi akademi,” harap Otje.

          Sampai sejauh ini, dia mengakui MATOA sudah aplikatif terhadap industri. Sebab, setiap kali dibutuhkan industri, mahasiswa perguruan tinggi ini mampu memenuhinya. Jadi secara  umum kualitas tamatan memiliki skil individu yang memadai. “Prospek MATOA masih bagus. Apalagi dunia kuliner yang saya lihat di teve-tebe kelihatan lagi booming. Banyak diminati orang,” akunya.

          Jaman dulu, menurut Otje, anak yang sekolah ingin menjadi koki pada diketawai temen dan saudara-saudaranya. Tapi kini, sekolah kulineri mulai dilirik orang. “Sejelek-jelek lulusan akademi kulineri pasti bisa usaha sendiri,” ujarnya meyakinkan. (amu)

           Ikatan dinas, setiap pengajar yang ditingkatkan pendidikannya sampai S-2 dwajibkan untuk mengad di istitusi yang menjadi sponsor selama N-2+1 (18 bulan masa kuliah kali dua, plus satu tahun). Komitmen harus begitu karena juga menjadi ikatan dari pihak Trisakti.

          Saya prinadi dengan kesempatan ini intinya untuk meningkatkan kulaitas pengatuahnsebagai pengajar karena sudah menjadi ketnatun dipendidikan karena stansr minimal harus S-2. Sebagai perdiapan menuju S-1 di Matoa, karena pendidik diuniversitas nanti. Selain itu, untuk institusi ada kebanggaan tersendiri krena saat ini bagi seorang master dan pengajar itu harus linier.

Otje sendiri dosen pastry, dua anak, blitar. 2008 gabung matoa sejak awal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar